Serangan Jantung

Cuaca Dingin Tingkatkan Risiko Serangan Jantung, Ini Penjelasannya

Cuaca Dingin Tingkatkan Risiko Serangan Jantung, Ini Penjelasannya
Cuaca Dingin Tingkatkan Risiko Serangan Jantung, Ini Penjelasannya

JAKARTA - Kondisi cuaca ekstrem kembali menjadi sorotan setelah berbagai penelitian menunjukkan bahwa suhu dingin dapat memperburuk kesehatan jantung. 

Fenomena ini semakin ditekankan melalui publikasi studi besar di JAMA Cardiology, yang mengungkap hubungan kuat antara penurunan suhu dengan meningkatnya kasus serangan jantung. Temuan tersebut membuat banyak ahli kesehatan semakin waspada terhadap efek cuaca, terutama karena risiko ini bisa terjadi tanpa disadari masyarakat.

Selama ini, perubahan cuaca telah lama dikaitkan dengan beberapa gangguan kesehatan seperti seasonal affective disorder, migrain akibat cuaca, hingga asma yang rentan kambuh saat badai. Kini, serangan jantung masuk dalam daftar risiko kesehatan yang meningkat ketika udara semakin dingin.

Hasil Studi di Swedia Ungkap Pola Serangan Jantung saat Cuaca Dingin

Penelitian berskala besar yang dilakukan di Swedia memanfaatkan data kejadian serangan jantung sepanjang beberapa tahun dan mencocokkannya dengan catatan cuaca dari berbagai stasiun pemantauan. Korelasi kuat ditemukan antara suhu rendah dan tingginya angka serangan jantung.

David Erlinge, salah satu peneliti sekaligus Kepala Departemen Kardiologi di Lund University, menjelaskan bahwa serangan jantung paling sering terjadi ketika cuaca berada pada kondisi tertentu. Ia menyebutkan bahwa faktor pemicu antara lain suhu yang sangat rendah, angin kencang, minim cahaya matahari, serta tekanan atmosfer yang turun.

Dalam penelitiannya, risiko serangan jantung meningkat ketika suhu berada di bawah 0 derajat Celsius. Angka kejadian mulai menurun ketika suhu naik di atas 3 hingga 4 derajat Celsius. “Ketika suhu minimum turun dari 20 derajat ke 0 derajat, risiko serangan jantung meningkat sebesar 14 persen,” kata Erlinge mengutip CNN.

Selain itu, kenaikan suhu minimum sebesar 7,4 derajat diketahui dapat menurunkan risiko serangan jantung hingga 2,8 persen. Data ini berasal dari analisis pada lebih dari 274 ribu pasien yang terlibat dalam observasi.

Temuan tersebut bukan hanya berdiri sendiri, melainkan diperkuat oleh penelitian lain. Hong Chen dari Health Canada turut mengungkap bahwa paparan dingin menimbulkan efek jangka panjang pada tubuh. Ia menambahkan bahwa sejumlah literatur menunjukkan dampaknya dapat berlangsung hingga dua atau tiga minggu setelah tubuh terpapar suhu rendah.

Penurunan Suhu Mendadak Beri Efek Lebih Kuat pada Risiko Jantung

Salah satu temuan menarik dari studi tersebut adalah bahwa hubungan antara suhu rendah dan serangan jantung justru lebih terlihat pada musim yang relatif hangat. Artinya, perubahan suhu mendadak, meskipun tidak ekstrem, mampu memicu respons stres pada tubuh.

Hal ini menunjukkan bahwa tubuh manusia sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan yang terjadi tiba-tiba. Ketika suhu turun secara drastis, sistem kardiovaskular bekerja lebih keras untuk mempertahankan suhu inti tubuh. Proses ini dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah dan meningkatkan tekanan darah, sehingga memicu serangan jantung pada individu yang rentan.

Meskipun penelitian ini memberikan gambaran luas, para ahli menegaskan bahwa studi tersebut menunjukkan korelasi, bukan bukti sebab-akibat langsung. Ivor Benjamin, Presiden American Heart Association, menilai bahwa mekanisme pasti di balik fenomena ini masih memerlukan riset lanjutan.

Ia menjelaskan bahwa sejumlah faktor lain yang umum terjadi pada musim dingin juga dapat memperburuk kondisi jantung. Aktivitas fisik berat seperti menyekop salju atau berjalan melawan angin dingin dapat meningkatkan beban kerja jantung secara ekstrem.

Selain itu, flu yang sering menyerang pada musim dingin juga dapat meningkatkan risiko komplikasi kardiovaskular. Kondisi tubuh yang sedang terinfeksi biasanya melemah, sehingga jantung harus bekerja lebih keras untuk menjaga sirkulasi dan oksigenasi.

Perubahan Iklim Bisa Perparah Kejadian Serangan Jantung Musiman

Hong Chen mengingatkan bahwa perubahan iklim dapat membuat musim dingin semakin tidak terduga. Meski bumi menghangat, cuaca ekstrem justru berpotensi terjadi lebih sering, termasuk musim dingin yang lebih panjang atau lebih dingin dari sebelumnya.

Kondisi ini berarti risiko paparan suhu rendah tidak hilang, tetapi dapat meningkat pada populasi tertentu. Terlebih, masyarakat yang tinggal di daerah subtropis maupun tropis yang tidak terbiasa dengan cuaca dingin juga dapat menghadapi risiko lebih tinggi.

Penurunan suhu mendadak di negara beriklim hangat misalnya, dapat membuat tubuh sulit beradaptasi. Inilah alasan mengapa fenomena serangan jantung akibat cuaca dingin tidak hanya terjadi di negara bersuhu rendah, tetapi juga dapat terjadi di wilayah lain dengan perubahan cuaca ekstrem.

Langkah Pencegahan untuk Kurangi Risiko Serangan Jantung saat Cuaca Dingin

Para ahli menekankan pentingnya langkah pencegahan untuk meminimalkan risiko serangan jantung ketika cuaca menjadi lebih dingin. Ivor Benjamin menyarankan agar masyarakat membatasi aktivitas fisik berat selama suhu menurun.

Ia juga menekankan bahwa tetap berada di dalam ruangan sejauh mungkin merupakan langkah sederhana yang efektif untuk mengurangi paparan dingin. Mengenakan pakaian hangat dan menjaga tubuh tetap kering juga penting untuk mempertahankan suhu tubuh.

Selain itu, memeriksa kondisi orang-orang terdekat—terutama mereka yang tinggal sendiri atau memiliki riwayat penyakit jantung—merupakan tindakan yang dapat menyelamatkan nyawa. Pendampingan sederhana seperti memastikan mereka memakai pakaian tebal atau memeriksa apakah pemanas berfungsi dapat membantu mencegah kejadian fatal.

Dengan semakin banyaknya bukti ilmiah, jelas bahwa cuaca dingin bukan sekadar faktor kenyamanan, tetapi dapat memicu risiko kesehatan serius. Serangan jantung akibat suhu rendah bukan hanya dugaan, melainkan fenomena nyata yang perlu diwaspadai.

Saat suhu turun, tubuh membutuhkan perhatian ekstra. Karena itu, penting untuk mengenali tanda-tandanya dan menjaga kesehatan jantung, terutama pada musim dingin atau ketika cuaca berubah secara drastis.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index