JAKARTA - Arus perjalanan umrah yang terus meningkat dari Indonesia ke Arab Saudi kini tidak hanya dipandang sebagai aktivitas ibadah.
Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI menilai bahwa mobilitas besar warga Indonesia menuju kawasan tersebut membuka peluang strategis untuk memperkuat hubungan bilateral dengan sejumlah negara di Timur Tengah (Timteng).
Menurut Kemlu, kebiasaan sebagian WNI yang menambah agenda perjalanan ke negara-negara tetangga setelah umrah menjadi ruang baru bagi diplomasi budaya dan kerja sama antarnegara. Kecenderungan ini tengah dipetakan agar dapat dikembangkan menjadi paket perjalanan yang lebih terstruktur.
Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) Muhammad Anis Matta menyebut bahwa potensi ini dipandang penting karena mampu memperluas interaksi antara masyarakat Indonesia dengan negara-negara Islam di sekitar Arab Saudi.
Rencana Integrasi Paket Umrah dan Kunjungan Regional
Dalam agenda ramah tamah bersama lembaga pendidikan Islam di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Selasa malam, Anis menjelaskan bahwa pemerintah kini sedang menyiapkan strategi untuk memanfaatkan tren perjalanan tersebut.
“Biasanya WNI selain umrah, ada yang mampir ke negara tetangga di Timteng. Peluang ini sedang kita usahakan supaya ke depan dapat paket umrah sekaligus bisa jadi paket kunjungan ke negara-negara lain,” kata Wamenlu.
Ia menegaskan bahwa aspek budaya menjadi salah satu fokus utama. Semakin sering terjadi pertukaran kunjungan masyarakat, semakin kuat pula hubungan antarnegara yang dapat dibangun di kawasan tersebut.
Anis juga memaparkan bahwa pembahasan mengenai integrasi perjalanan itu tidak hanya ditujukan untuk negara di wilayah Arab. Negara-negara Islam di kawasan yang lebih luas juga dilirik sebagai tujuan tambahan.
Peluang dari Negara Islam di Luar Timur Tengah
Dalam kesempatan yang sama, Anis mengungkapkan bahwa dirinya baru saja melakukan kunjungan ke beberapa wilayah yang juga memiliki potensi dikaitkan dalam paket perjalanan umrah.
“Ini sedang kami bahas. Saya baru saja berkunjung ke Bosnia dan Herzegovina (negara Islam di luar Timteng). Kemudian ke Asia Tengah seperti Uzbekistan,” ujar dia.
Anis menyebut bahwa pengaturan rute mulai dipertimbangkan, mengingat biaya perjalanan antarnegara di kawasan tersebut cenderung setara. Hal ini membuka peluang untuk semakin memperluas jangkauan wisata religi yang dapat diakses masyarakat Indonesia.
Menurutnya, peluang ekonomi dan kebudayaan sekaligus dapat berkembang bila konektivitas ini berjalan. Bagi Indonesia, pengembangan rute tersebut bisa menambah variasi tujuan sekaligus memperluas jangkauan diplomasi melalui masyarakat.
Tingginya Arus Umrah Menjadi Modal Diplomasi
Wamenlu juga menyoroti tren besar masyarakat Indonesia yang berangkat umrah setiap tahun. Menurutnya, tingginya angka tersebut selama ini belum terlalu disadari sebagai kekuatan strategis yang bisa dimaksimalkan dalam hubungan internasional.
“Dengan tren penduduk Indonesia berangkat umrah ke Arab Saudi setiap tahun yang mencapai tiga juta jiwa, tidak begitu disadari para pihak,” katanya.
Ia menambahkan bahwa angka tersebut menunjukkan besarnya mobilitas masyarakat Indonesia dibandingkan negara lain. “Kedutaan Arab Saudi mengeluarkan visa tiga juta per tahun untuk WNI. Bayangkan sebanyak ini setiap tahun WNI ke Arab Saudi. Indonesia dianggap sebagai pengunjung terbesar ke Arab Saudi,” ujar Anis.
Namun di sisi lain, ia menyoroti rendahnya kunjungan warga Arab Saudi ke Indonesia, yang hanya sekitar 300 ribu jiwa per tahun. Ketimpangan inilah yang menurutnya perlu direspons sebagai peluang untuk memperkuat hubungan timbal balik.
Diplomasi Budaya dan Manfaat bagi Warga Indonesia
Anis menilai bahwa kondisi tersebut dapat dijadikan alasan kuat bagi Indonesia untuk mengusulkan paket perjalanan yang lebih luas ke negara-negara di Timteng dan sekitarnya. Semakin banyak interaksi masyarakat antarnegara, semakin besar pula peluang kerja sama yang dapat dicapai.
Oleh karena itu, ia mengingatkan pentingnya melihat tren umrah sebagai pintu masuk untuk tujuan yang lebih besar.
“Kalau kita dari sekarang meminta itu (paket keliling negara) ke mereka, ini akan menjadi keuntungan menambah wawasan dan pengetahuan bagi WNI bisa mengenal negara-negara Timteng dan sekitarnya,” ujar Anis.
Ia menegaskan bahwa perluasan paket perjalanan bukan hanya soal wisata, tetapi bagian dari upaya diplomasi budaya. Interaksi langsung antarwarga dapat membangun kedekatan emosional, pemahaman lintas budaya, serta peluang kerja sama ekonomi dan sosial.