Ciputra Life

Klaim Asuransi Ciputra Life Tembus Rp36 Miliar Tahun Ini

Klaim Asuransi Ciputra Life Tembus Rp36 Miliar Tahun Ini
Klaim Asuransi Ciputra Life Tembus Rp36 Miliar Tahun Ini

JAKARTA - Peningkatan kebutuhan perlindungan kesehatan di lingkungan perusahaan mulai terlihat dari melonjaknya klaim asuransi yang dibayarkan PT Asuransi Ciputra Indonesia (Ciputra Life) sepanjang tahun ini. 

Hingga Oktober 2025, jumlah klaim yang telah dibayarkan perusahaan mencapai Rp36 miliar, menunjukkan adanya kenaikan signifikan dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Direktur Ciputra Life, Listianawati Sugiyanto, mengungkapkan bahwa pertumbuhan klaim tersebut terutama didorong oleh kehadiran produk asuransi kesehatan kumpulan yang diluncurkan pada semester I/2025. Produk baru tersebut menarik minat berbagai perusahaan untuk memperluas proteksi kesehatan karyawan melalui skema perlindungan yang lebih komprehensif.

“Ciputra Life telah membayar klaim asuransi kesehatan sampai dengan Oktober 2025 [year to date/YtD] sebesar Rp36 miliar,” ujarnya kepada Bisnis, dikutip Selasa.

Berdasarkan data internal perusahaan, sebagian besar klaim yang diajukan pemegang polis merupakan klaim rawat inap. Termasuk di dalamnya klaim yang berhubungan dengan tindakan pembedahan, yang cenderung memerlukan biaya lebih besar dibandingkan perlindungan rawat jalan.

Premi Tumbuh Dua Kali Lipat, Ditopang Segmen Korporasi

Selain membayar klaim dalam jumlah besar, Ciputra Life juga mencatat pertumbuhan pendapatan premi yang cukup signifikan. Hingga Oktober 2025, pendapatan premi dari segmen asuransi kesehatan korporasi telah mencapai Rp63 miliar. Angka tersebut tercatat dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 2024.

Listianawati menyebut kontribusi lini asuransi kesehatan korporasi telah mencapai sekitar 16% dari total pendapatan premi Ciputra Life. Pertumbuhan ini sekaligus menandai semakin kuatnya permintaan perusahaan terhadap perlindungan kesehatan bagi karyawan dan keluarganya.

Untuk diketahui, Ciputra Life hingga kini belum memasarkan produk asuransi kesehatan individu. Seluruh fokus perusahaan berada pada pengembangan produk korporasi bernama Ciputra Medical Insurance, yang dirancang untuk memberikan perlindungan kesehatan komprehensif bagi karyawan beserta anggota keluarganya, sekaligus menjadi pelengkap bagi BPJS Kesehatan.

Listianawati menegaskan bahwa ke depan perusahaan akan mempertahankan strategi yang menyeimbangkan inovasi produk dan kualitas layanan. Produk baru akan terus dikembangkan dengan mempertimbangkan kemampuan finansial perusahaan, tetapi tetap menawarkan manfaat perlindungan yang relevan dan bernilai bagi peserta asuransi.

Digitalisasi Layanan Diperkuat, Hadapi Tantangan Inflasi Medis

Untuk menjaga kualitas layanan, Ciputra Life mengoptimalkan berbagai teknologi digital. Mulai dari aplikasi mobile, e-card, hingga e-claim telah diterapkan secara bertahap untuk memberikan kemudahan kepada peserta asuransi.

“Dari sisi service, Ciputra Life berfokus untuk meningkatkan layanan agar lebih fleksibel, efisien dan terjangkau tanpa mengurangi kualitas layanan kepada nasabah melalui proses digitalisasi, seperti mobile apps, e-card, e-claim, dan lainnya,” jelasnya.

Menurutnya, industri asuransi kesehatan saat ini menghadapi tantangan besar berupa tingginya inflasi medis dan kenaikan biaya layanan kesehatan. Kondisi ini berpotensi memengaruhi besaran premi serta tingkat loss ratio jika tidak diimbangi dengan kebijakan yang tepat.

Karena itu, ia menilai kolaborasi lintas pemangku kepentingan menjadi hal yang sangat penting. Perusahaan asuransi, masyarakat, dan penyedia layanan kesehatan harus mengambil peran masing-masing. Masyarakat didorong untuk menerapkan gaya hidup sehat dan melakukan deteksi dini untuk mengurangi risiko penyakit. Sementara itu, rumah sakit diharapkan tidak melakukan overtreatment yang dapat merugikan pasien dan memperburuk rasio klaim asuransi.

“Selain itu, sinergi antara Kementrian Kesehatan dan perusahaan asuransi, seperti Coordination of Benefit [COB] antara Badan Penyelenggara Jaminan Sosial [BPJS] dengan perusahaan asuransi swasta juga akan berdampak positif kepada prospek asuransi kesehatan kumpulan,” ujarnya.

Kinerja Industri Masih Stabil Meski Pertumbuhan Premi Melambat

Dalam perkembangan yang lebih luas, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat bahwa pendapatan premi untuk lini usaha kesehatan di industri asuransi jiwa mencapai Rp26,29 triliun. Angka ini setara dengan 19,79% dari total premi asuransi jiwa secara nasional.

Sementara itu, klaim yang dibayarkan untuk lini kesehatan dalam industri asuransi jiwa tercatat sebesar Rp17,54 triliun atau 15,89% dari total klaim. Data ini menunjukkan bahwa perlindungan kesehatan masih menjadi salah satu layanan yang paling banyak dimanfaatkan masyarakat.

Kepala Eksekutif PPDP OJK, Ogi Prastomiyono, menjelaskan bahwa meskipun sektor keuangan tetap stabil, perlambatan ekonomi pada kuartal III/2025 dapat menahan pertumbuhan premi asuransi, baik di sektor umum maupun jiwa. Kondisi ini menjadi sinyal bagi pelaku industri untuk menyiapkan strategi jangka panjang yang adaptif.

“Ke depan, industri dapat mendorong kinerja melalui diversifikasi produk, digitalisasi layanan, peningkatan kepercayaan konsumen, dan kepatuhan regulasi guna menciptakan industri yang lebih sehat dan berkelanjutan,” imbaunya.

Dengan dinamika industri yang terus berubah dan beban biaya kesehatan yang meningkat, Ciputra Life berharap langkah transformasi digital dan inovasi produk dapat menjaga kinerja perusahaan sekaligus memberikan perlindungan optimal bagi peserta asuransi korporasi.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index