JAKARTA - Barcelona kembali dihadapkan pada kekhawatiran besar terkait masa depan salah satu bintang mudanya. Setelah Lionel Messi pernah mengalami masalah serupa di awal kariernya, kini giliran Lamine Yamal yang dilaporkan menderita cedera kronis di area selangkangan (pubalgia).
Kondisi ini bukan hanya mengancam performa jangka pendek sang pemain, tetapi juga menimbulkan kekhawatiran terhadap masa depannya di dunia sepak bola.
Dalam laga El Clasico melawan Real Madrid yang berakhir dengan kekalahan 1-2 pekan lalu, Yamal tampak menahan rasa sakit di bagian selangkangan.
Laporan dari media Spanyol Sport menyebutkan bahwa pemain berusia 18 tahun itu mengalami pubalgia, cedera yang terjadi akibat pertemuan otot di pangkal paha yang terlalu tegang, menimbulkan nyeri berkepanjangan, dan sulit dipulihkan secara total.
Kabar ini membuat pihak klub mulai waspada. Mengingat pentingnya peran Yamal di lini depan Blaugrana, cedera tersebut bisa menjadi masalah serius jika tak ditangani dengan hati-hati.
Cedera yang Dikhawatirkan Jadi Kronis
Sumber internal Barcelona menyebutkan bahwa tim medis kini tengah meninjau langkah perawatan terbaik agar cedera Yamal tidak berkembang menjadi kronis. Salah satu staf medis klub menegaskan bahwa pubalgia bukanlah cedera ringan.
“Pubalgia adalah cedera yang rumit,” ujar seorang staf klub seperti dikutip dari Sport.
Kondisi ini mengingatkan publik pada kasus Lionel Messi di awal kariernya bersama Barcelona. Legenda asal Argentina itu juga sempat berkutat dengan cedera serupa yang sempat menghambat perkembangannya di usia muda. Dalam wawancara dengan radio Buenos Aires pada tahun 2019, Messi mengakui betapa sulitnya pulih dari cedera tersebut.
“Saya sudah lama menderita pubalgia. Saya hanya bisa berlatih sedikit dan tak bisa bermain di semua pertandingan. Ini bukan cedera yang bisa disembuhkan dalam semalam,” ujar Messi kala itu.
Pengalaman tersebut menjadi pelajaran berharga bagi Barcelona. Klub harus berhati-hati agar tidak mengulang kesalahan serupa terhadap Yamal, terutama karena sang pemain kini menjadi salah satu aset masa depan paling berharga.
Masih Bersinar Meski Didera Rasa Sakit
Meskipun tengah berjuang melawan rasa nyeri di selangkangan, Lamine Yamal tetap tampil impresif. Dalam enam pertandingan LaLiga musim ini, ia sudah mencatat dua gol dan lima assist, serta menambah satu gol di Liga Champions ketika Barcelona menghajar Olympiacos 6-1.
Konsistensinya di usia 18 tahun membuktikan kualitas luar biasa yang dimiliki Yamal. Sejak debutnya di usia 15 tahun, ia sudah membantu Barcelona meraih dua gelar LaLiga, satu Copa del Rey, dan satu Supercopa de Espana.
Tak hanya di level klub, Yamal juga menjadi bintang utama Timnas Spanyol saat menjuarai Euro 2024, di mana La Furia Roja menaklukkan Inggris di final. Prestasi ini membuatnya menjadi simbol generasi emas baru bagi sepak bola Spanyol.
Namun, di balik kilau prestasi itu, Barcelona dihadapkan pada kenyataan pahit: menjaga keseimbangan antara ambisi meraih kemenangan dan melindungi masa depan sang pemain muda.
Popularitas Yamal Kian Melambung
Selain prestasi di lapangan, kehidupan pribadi Yamal turut menjadi sorotan media. Ia diketahui menjalin hubungan dengan rapper asal Argentina, Nicki Nicole, yang berusia 25 tahun. Pasangan ini bahkan dikabarkan tengah mencari rumah baru di kawasan elite Barcelona.
Laporan media setempat menyebutkan bahwa Yamal berminat membeli rumah mewah senilai £9,5 juta, properti yang dulunya dimiliki oleh Gerard Piqué dan Shakira.
Popularitas Yamal pun melonjak pesat, menjadikannya salah satu pemain muda paling dibicarakan di Eropa — baik karena talenta luar biasa maupun kehidupan glamornya di luar lapangan. Namun, sorotan besar itu juga membawa tekanan tambahan yang dapat memperburuk kondisi fisiknya jika tidak diatur dengan cermat.
Barcelona Harus Belajar dari Kasus Messi
Situasi yang dialami Lamine Yamal menjadi pengingat bagi Barcelona tentang pentingnya manajemen pemain muda yang bijak. Cedera pubalgia bukan hanya soal pemulihan fisik, tetapi juga bagaimana klub mampu menjaga keseimbangan antara beban pertandingan dan kebugaran jangka panjang.
Lionel Messi adalah contoh nyata bagaimana cedera selangkangan kronis dapat menghambat perkembangan pemain muda. Hanya dengan pengawasan medis intensif dan manajemen beban latihan yang hati-hati, Messi akhirnya mampu kembali ke performa terbaiknya.
Kini, Barcelona dihadapkan pada dilema serupa: apakah harus tetap memainkan Yamal demi hasil instan, atau memberinya waktu istirahat agar kariernya tidak terancam di masa depan.
Mengulang langkah masa lalu jelas bukan pilihan bijak. Yamal adalah masa depan klub—seorang pemain yang diharapkan menjadi tulang punggung generasi baru Barcelona. Dengan potensi sebesar itu, keputusan yang diambil klub dalam beberapa minggu ke depan bisa menentukan arah karier sang bintang muda.
Cedera kronis yang dialami Lamine Yamal menjadi ujian besar bagi Barcelona dalam mengelola talenta muda. Meski performanya di lapangan masih mengesankan, tanda-tanda cedera pubalgia perlu ditangani dengan penuh kehati-hatian.
Sejarah telah menunjukkan bahwa bahkan pemain sekaliber Lionel Messi pun pernah kesulitan menghadapinya. Jika Blaugrana tak ingin mengulang kesalahan masa lalu, mereka harus mengutamakan pemulihan dan perlindungan karier jangka panjang Yamal, bukan sekadar kemenangan sesaat.