JAKARTA - Tekanan terhadap harga batu bara global membuat PT Harum Energy Tbk. (HRUM) menata ulang strateginya di tahun 2025. Perusahaan energi terintegrasi ini memilih untuk bersikap konservatif dalam menentukan target produksi dan penjualan hingga akhir tahun.
Head of Investor Relations HRUM, Regina Korompis, menyampaikan bahwa keputusan tersebut merupakan langkah adaptif terhadap tren penurunan harga batu bara internasional yang masih berlangsung sejak awal tahun.
Menurutnya, manajemen memilih pendekatan disiplin dalam mengatur volume produksi agar tetap sejalan dengan kondisi pasar dan kebutuhan pembeli jangka panjang.
“Target kami tahun ini lebih rendah dibandingkan realisasi 2024. Fokus utama kami adalah efisiensi biaya dan optimalisasi margin,” ujar Regina.
HRUM mematok produksi sekitar 5 juta ton batu bara sepanjang 2025, angka yang sudah ditetapkan sejak awal tahun. Pendekatan konservatif ini, kata Regina, merupakan bentuk kehati-hatian perusahaan dalam menghadapi ketidakpastian harga komoditas global, sekaligus menjaga profitabilitas jangka panjang.
Kinerja Harga Batu Bara Turun, tapi Masih Lebih Baik dari Pasar Global
Dalam laporan kinerjanya, HRUM mencatat harga jual rata-rata (ASP) batu bara sebesar US$83,2 per ton pada paruh pertama 2025. Angka ini turun sekitar 12% dibandingkan periode yang sama tahun 2024.
Meski begitu, kinerja tersebut tergolong lebih baik dibandingkan pasar global, karena harga acuan Newcastle Index (NEWC) justru turun lebih tajam hingga 21% dalam periode yang sama.
Regina menilai penurunan ini merupakan konsekuensi logis dari penyesuaian harga acuan global, baik NEWC maupun Indonesian Coal Index (ICI). Namun, HRUM mampu meredam dampaknya melalui strategi penjualan yang fleksibel dan efisiensi struktur biaya yang terus ditingkatkan.
“Harga jual batu bara pada tahun 2025 diperkirakan akan lebih rendah dibandingkan rata-rata tahun 2024, seiring dengan penyesuaian terhadap harga acuan batubara global NEWC dan ICI,” terangnya.
Strategi efisiensi tersebut menjadi fondasi utama perusahaan dalam menjaga daya saing di tengah fluktuasi harga. HRUM juga memperkuat pendekatan komersialnya melalui kontrak jangka panjang dengan pembeli tetap, sekaligus menjaga fleksibilitas ekspor ke pasar premium di Asia Timur.
Investasi Tetap Jalan: Fokus pada Diversifikasi ke Bisnis Nikel
Kendati menghadapi tekanan harga komoditas, HRUM tetap menyiapkan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar US$315 juta untuk tahun 2025. Dana ini dialokasikan untuk menopang pengembangan bisnis nikel dan batu bara, dua sektor strategis yang menjadi tumpuan jangka panjang perusahaan.
Regina menjelaskan bahwa mayoritas anggaran capex tahun ini akan diarahkan ke divisi nikel, sejalan dengan strategi diversifikasi bisnis yang telah dirancang beberapa tahun terakhir. Bisnis nikel dinilai memiliki potensi pertumbuhan besar karena meningkatnya permintaan global terhadap bahan baku baterai kendaraan listrik.
Sementara itu, alokasi untuk bisnis batu bara hanya sekitar US$15 juta, dengan fokus pada pemeliharaan aset dan peningkatan efisiensi operasional. Langkah ini mencerminkan pendekatan hati-hati HRUM dalam mengelola sektor batu bara di tengah volatilitas harga global.
“Kami berfokus menjaga produktivitas dan efisiensi di segmen batu bara, sekaligus mengembangkan bisnis nikel sebagai bagian dari transformasi jangka panjang,” ujar Regina.
Dengan portofolio yang semakin terdiversifikasi, HRUM berharap dapat mengurangi ketergantungan terhadap fluktuasi harga batu bara dan memperkuat posisi keuangan perusahaan dalam jangka menengah.
Adaptif Hadapi Regulasi Baru RKAB dan Jaga Komitmen kepada Pemegang Saham
Selain soal harga dan produksi, HRUM juga menanggapi rencana pemerintah mengubah masa berlaku Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) menjadi tahunan. Menurut Regina, perusahaan menyambut baik kebijakan tersebut dan siap beradaptasi.
“Kami memahami tujuan kebijakan ini adalah memperkuat pengawasan dan sinkronisasi kebijakan nasional. Karena itu, kami akan menyesuaikan perencanaan kontrak jangka panjang, baik untuk ekspor maupun pasar domestik,” jelasnya.
HRUM berharap agar perubahan aturan tersebut diimbangi dengan proses perizinan yang efisien dan tepat waktu, sehingga tidak mengganggu kegiatan produksi dan ekspor yang sedang berjalan.
Meski kondisi pasar global masih menantang, HRUM tetap berkomitmen menjaga keseimbangan antara ekspansi bisnis dan pengembalian nilai bagi pemegang saham.
“Kami akan meninjau kembali kebijakan dividen di akhir tahun, berdasarkan capaian laba bersih, posisi kas, serta kebutuhan pendanaan proyek strategis,” ujar Regina.
Dengan posisi keuangan yang kuat dan kontribusi positif dari lini bisnis non-batu bara, peluang pembagian dividen tahun buku 2025 disebut masih terbuka lebar.
Fokus pada Efisiensi dan Transformasi Bisnis Jangka Panjang
Langkah konservatif HRUM di tahun 2025 bukan berarti langkah mundur. Sebaliknya, strategi ini menunjukkan upaya perusahaan menjaga stabilitas keuangan dan keberlanjutan usaha di tengah dinamika pasar global.
Pendekatan efisiensi biaya, optimalisasi margin, serta diversifikasi menuju bisnis nikel menjadi pilar utama untuk mempertahankan daya saing.
Dengan disiplin produksi, tata kelola keuangan yang prudent, dan kesiapan menghadapi regulasi baru, HRUM membuktikan bahwa perusahaan mampu bertahan bahkan bertransformasi di tengah tekanan harga komoditas.
 
                    
 
             
                   
                   
                   
                   
                   
                
             
                
             
                                                      
                                                    
                                                      
                                                    
                                                      
                                                   