IHSG 3 November 2025: Rekomendasi Saham dan Pergerakan Hari Ini

Senin, 03 November 2025 | 14:15:01 WIB
IHSG 3 November 2025: Rekomendasi Saham dan Pergerakan Hari Ini

JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Senin, 3 November 2025, diprediksi bergerak variatif di kisaran 8.268–8.354. 

Analis MNC Sekuritas melihat IHSG berada di awal fase wave (iii) dari wave [iii], sehingga ruang penguatan masih terbuka. Level support terdekat tercatat pada 8.144 dan 8.042, sementara resistance berada di 8.269 dan 8.365.

Meski pekan lalu IHSG terkoreksi 0,25% ke 8.163 karena tekanan jual, indeks masih bertahan di atas rata-rata pergerakan 20 hari (MA20). Posisi ini dianggap menjaga peluang penguatan lanjutan dan menjadi momen bagi investor untuk strategi buy on weakness atau sell on strength pada saham pilihan.

Saham Pilihan Hari Ini

Beberapa saham direkomendasikan MNC Sekuritas sebagai kandidat potensial. BRMS menguat 2,79% ke 920 dengan volume pembelian meningkat, namun masih di bawah MA20. Buy on weakness dianjurkan pada level 895–915, dengan target harga 950 dan 1.005, serta batas stop loss di 880.

ISAT bergerak datar di 1.885, bertahan di atas MA20, membentuk wave [ii] dari wave C. Strategi buy on weakness berada di 1.690–1.795, target harga 1.970–2.100, dan stop loss di 1.615. PANI naik tipis 0,36% ke 14.050, diprediksi pada awal wave [c] dari wave B dalam pola triangle. Rekomendasi buy on weakness di kisaran 13.550–14.025, target 14.600–15.450, dan stop loss di bawah 13.100.

Sementara itu, SSMS melemah 1,53% ke 1.610 di bawah MA20 dengan dominasi tekanan jual. Posisi saham ini berada pada wave iii dari wave (c), rawan koreksi ke 1.455–1.550, sehingga rekomendasi sell on strength diberikan pada 1.635–1.665.

Proyeksi Mingguan IHSG dan Sektor

Berdasarkan BRI Danareksa Sekuritas, IHSG diperkirakan bergerak variatif pekan ini (3–7 November) setelah pelemahan tipis di akhir Oktober. Secara teknikal, IHSG masih berada di atas rata-rata pergerakan 60 hari (MA60) dengan support klasik di 8.040–8.090 dan resistance di 8.230–8.320.

Pola shooting star pekan lalu serta indikator stochastic yang melemah menjadi sinyal potensi aksi ambil untung, dengan kemungkinan IHSG turun ke 8.045–7.910. 

Dari sisi sektoral, sektor teknologi (+1,71%), kesehatan (+3,34%), dan sektor siklikal (+1,22%) mencatat kinerja positif, sementara sektor industri dasar (-5,94%), energi (-1,88%), transportasi (-1,15%), dan properti (-2,6%) terkoreksi.

Beberapa emiten mencatat lonjakan signifikan, dipimpin INOV (+50%), GGRM (+41,51%), ITIC (+28,02%), BRRC (+20,54%), dan SGER (+17,65%). Penurunan terdalam terjadi pada BULL (-35,58%), PIPA (-25,38%), TOBA (-22,6%), OASA (-22,48%), dan DSSA (-16,98%).

Sentimen Makro dan Global

Inflasi domestik Oktober 2025 diproyeksikan melambat menjadi 0,05% month-to-month, lebih rendah dibanding September (0,21%), didorong stabilitas harga pangan dan energi. Inflasi terkendali memberi ruang bagi Bank Indonesia (BI) untuk mempertahankan atau melonggarkan kebijakan suku bunga, mendukung sektor perbankan dan konsumsi.

Di kancah global, pertemuan Trump dan Xi di Busan menghasilkan kesepakatan sementara pemangkasan tarif AS atas produk China dari 57% menjadi 47%. 

China berkomitmen memperketat pengawasan perdagangan fentanil, meningkatkan impor kedelai, dan menjaga pasokan mineral tanah jarang. Sentimen ini meredakan ketegangan dagang dan mendukung pasar saham emerging markets.

Selain itu, MSCI berencana menyesuaikan metodologi pencatatan free float menggunakan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), yang dapat menurunkan bobot Indonesia dalam indeks negara berkembang dari 1,4% menjadi 1,2%, berpotensi memicu outflow asing hingga US$2 miliar pada review Mei 2026. 

Pada pembaruan November, BREN dan BRMS berpeluang masuk indeks, sementara KLBF berpotensi keluar.

Saham Unggulan dan Agenda Emiten

Beberapa saham menjadi sorotan investor pekan ini. UNVR menjadi salah satu yang banyak diakumulasi investor asing dengan nilai Rp463 miliar. 

BUMI akan menggelar RUPSLB pada 19 November 2025, sedangkan EMTK mencatat lonjakan laba 1.361% YoY hingga kuartal III/2025. Kalender ekonomi domestik menampilkan rilis PMI manufaktur, neraca perdagangan, inflasi, pertumbuhan ekonomi, dan data perdagangan AS.

Bursa Efek Indonesia (BEI) juga meluncurkan tiga indeks baru bekerja sama dengan S&P Dow Jones Indices: S&P/IDX ESG Tilted Indonesia Equity Index, S&P/IDX Indonesia Dividend Opportunities, dan S&P/IDX Indonesia Shariah High Dividend. 

Indeks ini menawarkan alternatif acuan investasi pasif bagi investor lokal dan global, khususnya yang fokus pada saham ESG, dividen, dan syariah.

Terkini

Cara Membatalkan Pesanan di Blibli Lewat HP dan Komputer

Senin, 03 November 2025 | 22:12:54 WIB

10 Strategi Digital Marketing UMKM biar Naik Kelas

Senin, 03 November 2025 | 22:12:53 WIB

Aturan Penagihan Utang Debt Collector Terbaru 2025

Senin, 03 November 2025 | 22:12:53 WIB

6 Cara Top Up Flazz BCA Mobile dan Tips dan Anti Ribet!

Senin, 03 November 2025 | 19:35:15 WIB