Kebijakan Energi Baru China Tekan Industri Batu Bara Indonesia

Kamis, 30 Oktober 2025 | 14:37:11 WIB
Kebijakan Energi Baru China Tekan Industri Batu Bara Indonesia

JAKARTA - Perubahan arah kebijakan energi di China mulai menjadi pukulan nyata bagi industri batu bara Indonesia. Negara yang selama ini menjadi pasar utama ekspor batu bara nasional itu kini memperkuat kebijakan energi domestik dengan meningkatkan produksi batu bara sendiri, memperbaiki sistem logistik energi, serta mempercepat transisi menuju energi bersih.

Kondisi tersebut, menurut Energy Shift Institute (ESI), menciptakan tekanan besar terhadap kinerja sektor batu bara Indonesia yang selama ini sangat bergantung pada permintaan dari Negeri Tirai Bambu.

“Perusahaan maupun pemerintah harus menyadari bahwa risiko yang dihadapi Indonesia bukan lagi bersifat sementara, melainkan struktural yang berasal dari perubahan kebijakan energi China,”
ujar Pemimpin Riset Transisi Batu Bara ESI, Hazel Ilango, Rabu (29/10/2025) seperti dikutip dari Antara.

Hazel menjelaskan bahwa pergeseran struktural dalam pasar energi China membawa risiko jangka panjang bagi bisnis batu bara Indonesia. Artinya, ketergantungan yang selama ini dianggap menguntungkan kini berpotensi menjadi beban besar bagi ekonomi nasional.

China Dominasi Ekspor Batu Bara, Kini Mulai Berubah Arah

China merupakan mitra dagang utama Indonesia dalam sektor batu bara, dengan kontribusi sekitar 43 persen dari total ekspor batu bara nasional. Namun, peningkatan produksi batu bara domestik di China secara signifikan membuat ketergantungan ini semakin berisiko.

“Indonesia tidak bisa mengatasi risiko tersebut hanya dengan menyesuaikan biaya, volume produksi, atau diversifikasi pasar ekspor. Industri dan pemerintah perlu menyiapkan strategi yang lebih mendasar untuk menghadapi perubahan global ini,”
tegas Hazel.

Pernyataan tersebut menyoroti pentingnya transformasi fundamental dalam tata kelola industri batu bara Indonesia. Tidak cukup hanya dengan mencari pasar baru, Indonesia harus berani merombak strategi industri untuk menyesuaikan diri dengan perubahan pola konsumsi energi dunia yang semakin beralih ke sumber energi rendah karbon.

Selain itu, efisiensi industri batu bara di China juga meningkat pesat. Produsen batu bara di negara itu kini mampu menekan harga jual secara signifikan tanpa mengorbankan kualitas, menjadikan produk batu bara mereka lebih kompetitif di pasar global.

“Dengan produsen batu bara China menawarkan harga yang semakin kompetitif, pertanyaannya adalah sejauh mana eksportir batu bara Indonesia dapat menurunkan harga mengingat terbatasnya kemampuan mereka,”
ujar Hazel menambahkan.

Tekanan dari Transisi Energi China Kian Meningkat

Kebijakan China untuk mempercepat transisi energi bersih turut memperkuat tekanan terhadap industri batu bara Indonesia. Pemerintah China kini berfokus pada penggunaan energi terbarukan seperti tenaga surya, angin, dan nuklir untuk memenuhi kebutuhan listrik nasional.

Data menunjukkan bahwa lebih dari tiga perempat pertumbuhan permintaan listrik China pada tahun 2024 berasal dari energi bersih. Dengan demikian, porsi penggunaan batu bara dalam bauran energi mereka secara bertahap menurun.

Langkah China ini berdampak langsung pada permintaan impor batu bara, termasuk dari Indonesia. Kebijakan tersebut juga diikuti dengan peningkatan penggunaan batu bara domestik berkualitas tinggi, yang secara otomatis menekan permintaan terhadap batu bara Indonesia yang cenderung memiliki kadar kalori lebih rendah.

“Kebijakan China untuk meningkatkan penggunaan batu bara domestik berkualitas tinggi juga berpotensi melemahkan pangsa pasar batu bara Indonesia dalam jangka panjang,”
kata Hazel.

Kondisi ini memperlihatkan bahwa tekanan terhadap industri batu bara Indonesia bukan sekadar akibat siklus pasar atau fluktuasi harga, melainkan akibat dari perubahan mendasar dalam arah kebijakan energi global.

Dampak Fiskal dan Ekonomi Indonesia Bisa Sangat Signifikan

Dampak dari melemahnya ekspor batu bara ke China tidak hanya dirasakan oleh pelaku industri, tetapi juga oleh pemerintah pusat dan daerah penghasil batu bara. Batu bara selama ini menjadi salah satu sumber utama penerimaan negara melalui pajak, royalti, dan dividen dari BUMN sektor energi.

Pada tahun 2023, kontribusi batu bara terhadap pendapatan negara mencapai lebih dari Rp 100 triliun. Penurunan ekspor secara terus-menerus dikhawatirkan akan menimbulkan penurunan penerimaan fiskal yang signifikan, terutama bagi daerah-daerah yang ekonominya bergantung pada sektor pertambangan.

“Jika tren penurunan ekspor berlanjut, pemerintah pusat dan daerah penghasil batu bara akan menghadapi penurunan penerimaan yang signifikan,”
jelas Hazel.

Selain penerimaan fiskal, penurunan permintaan ekspor juga bisa berdampak pada lapangan kerja, investasi, dan pertumbuhan ekonomi regional. Industri batu bara yang selama ini menjadi penggerak ekonomi lokal di berbagai provinsi—seperti Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, dan Sumatera Selatan—berpotensi mengalami perlambatan kegiatan produksi.

Urgensi Diversifikasi dan Transformasi Energi Nasional

Kondisi ini menjadi sinyal kuat bagi Indonesia untuk segera mengurangi ketergantungan pada ekspor batu bara mentah dan beralih ke pengembangan industri berbasis energi bersih serta hilirisasi sumber daya alam.

Langkah strategis seperti pengembangan teknologi gasifikasi batu bara, produksi bahan kimia turunan (petrokimia), serta peningkatan kapasitas energi terbarukan perlu dipercepat. Dengan demikian, Indonesia tidak hanya bergantung pada ekspor bahan mentah, tetapi juga dapat menciptakan nilai tambah di dalam negeri.

Selain itu, diversifikasi pasar ekspor ke negara-negara Asia Selatan, seperti India dan Bangladesh, dapat menjadi alternatif jangka pendek untuk menahan penurunan permintaan dari China. Namun, sebagaimana disampaikan ESI, strategi ini tidak akan cukup tanpa adanya reformasi struktural dalam kebijakan energi nasional.

“Industri dan pemerintah perlu menyiapkan strategi yang lebih mendasar untuk menghadapi perubahan global ini,”
tegas Hazel kembali menekankan.

Momentum Berbenah bagi Industri Batu Bara Nasional

Tekanan terhadap industri batu bara Indonesia akibat perubahan kebijakan energi di China bukan lagi fenomena sementara. Situasi ini menandakan pergeseran global menuju ekonomi rendah karbon yang akan semakin mempersempit ruang gerak bagi energi fosil, termasuk batu bara.

Indonesia perlu menjadikan kondisi ini sebagai momentum untuk mempercepat transisi energi nasional, memperkuat sektor hilirisasi, serta membangun model bisnis baru yang berkelanjutan. Jika tidak, ketergantungan berlebihan pada ekspor batu bara berisiko menggerus stabilitas ekonomi dan fiskal di masa depan.

Terkini

Cara Menghapus Akun EasyCash, Mudah dan Cepat

Kamis, 30 Oktober 2025 | 23:53:52 WIB

Daftar 10 Perusahaan Investasi Terbesar di Indonesia

Kamis, 30 Oktober 2025 | 23:53:50 WIB

Mengenal Manfaat Air Putih Hangat untuk Asam Lambung

Kamis, 30 Oktober 2025 | 23:53:49 WIB